Sejarah Pelabuhan Tanjung Mas
Perjalanan panjang Pelabuhan Tanjung Mas sebagai gerbang perdagangan strategis di pantai utara Pulau Jawa
1870
Awal Pembangunan
Pelabuhan Tanjung Mas mulai dibangun pada tahun 1870 oleh pemerintah Hindia Belanda sebagai pelabuhan dagang untuk mendukung aktivitas ekspor hasil bumi dari Jawa Tengah, khususnya gula, kopi, dan tembakau. Lokasi strategis di muara Sungai Banjir Kanal Barat menjadikan pelabuhan ini mudah diakses dari berbagai daerah pedalaman Jawa Tengah melalui jalur sungai dan kereta api.
1900-1920
Masa Kejayaan Kolonial
Pada awal abad ke-20, Pelabuhan Tanjung Mas mengalami perkembangan pesat dengan pembangunan fasilitas dermaga yang lebih modern dan gudang-gudang penyimpanan yang mampu menampung komoditas ekspor dalam jumlah besar. Koneksi kereta api Semarang-Solo-Yogyakarta yang dibuka pada tahun 1900-an semakin memperkuat posisi pelabuhan sebagai pintu gerbang ekspor Jawa Tengah.
1942-1945
Masa Pendudukan Jepang
Selama Perang Dunia II dan pendudukan Jepang, aktivitas pelabuhan mengalami penurunan drastis akibat blokade dan pembatasan perdagangan internasional. Fasilitas pelabuhan mengalami kerusakan akibat konflik.
1945-1960
Era Kemerdekaan
Setelah kemerdekaan Indonesia, pemerintah mulai merebut kembali kendali penuh atas pelabuhan dan melakukan rehabilitasi fasilitas yang rusak akibat perang. Pelabuhan menjadi aset strategis untuk mendukung perekonomian nasional. Pada tahun 1960, pemerintah menetapkan Pelabuhan Tanjung Mas sebagai salah satu pelabuhan utama Indonesia dengan status sebagai pelabuhan umum.
1970-1990
Modernisasi Pelabuhan
Era pembangunan Orde Baru membawa transformasi besar bagi Pelabuhan Tanjung Mas. Dimulai pembangunan terminal kontainer pertama dengan teknologi modern untuk mengakomodasi pertumbuhan perdagangan internasional. Investasi infrastruktur meliputi pembangunan dermaga baru, crane kontainer, dan sistem penanganan kargo yang lebih efisien. Pelabuhan mulai menangani kontainer dalam skala komersial.
2000-2020
Era Digital dan Ekspansi
Memasuki abad ke-21, Pelabuhan Tanjung Mas mengadopsi teknologi digital dalam operasionalnya. Sistem Port Community System (PCS) diimplementasikan untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi layanan. Berbagai program ekspansi dilakukan termasuk penambahan dermaga, peningkatan kapasitas terminal kontainer, dan pengembangan fasilitas penunjang lainnya untuk menghadapi pertumbuhan perdagangan yang terus meningkat.
2020 - Sekarang
Menuju Pelabuhan Berkelanjutan
Saat ini, Pelabuhan Tanjung Mas bertransformasi menjadi pelabuhan hijau dan berkelanjutan dengan implementasi program Green Port. Fokus pada pengurangan emisi karbon, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah yang ramah lingkungan. Dengan kapasitas kontainer 1.25 juta TEUs per tahun, pelabuhan ini menjadi salah satu hub logistik terpenting di Indonesia bagian tengah dan terus berkembang untuk mendukung visi Indonesia sebagai poros maritim dunia. Dari pelabuhan kolonial hingga hub logistik modern, Tanjung Mas terus berevolusi melayani bangsa
